Di tengah riuhnya karnaval dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Ciasem Baru, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, kami berkesempatan merasakan langsung tradisi khas Sunda yang telah menjadi simbol kebanggaan masyarakat Desa Ciasem Baru, Subang, yakni Kesenian Sisingaan atau Singa Depok.
Kesenian ini bukan hanya sekadar atraksi; ia adalah perwujudan dari semangat masyarakat yang penuh spontanitas. Kesenian Sisingaan ini diyakini mulai berdiri pada tahun 1857, dengan pendirinya adalah Demang Mas Tanudireja. Kesimpulan ini diambil setelah dilakukan penelaahan terhadap sejarah berdirinya Kademangan Ciherang, yang terletak kira-kira lima kilometer dari Kota Subang. Ciherang dianggap sebagai daerah asal mula kesenian Sisingaan【sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id】
Kehadirannya di setiap perayaan besar, seperti karnaval kemerdekaan di Desa Ciasem Baru ini, menunjukkan bahwa warisan budaya ini masih hidup dan terus berkembang, menjaga esensi dan nilai-nilai sosial yang telah diwariskannya. Pada momen istimewa tersebut, saya ikut menaiki singa yang ditandu oleh empat orang—sebuah pengalaman yang mengesankan dan penuh makna. Perjalanan menuju Kantor Desa Ciasem Baru, tempat karnaval berlangsung, menjadi lebih meriah dengan atraksi tarian yang dilakukan oleh para pengiring. Tarian tersebut diiringi oleh alunan lagu tradisional yang membuat suasana semakin riuh dan penuh semangat. Meski teriknya panas matahari menyengat, semangat warga yang mengikuti karnaval tidak surut sedikit pun. Mereka tetap antusias, menikmati setiap detik perayaan yang sarat dengan kebanggaan akan warisan budaya mereka.
Di sepanjang perjalanan, warga yang menyaksikan karnaval pun tak segan-segan memberikan saweran (uang) kepada para pengusung Sisingaan. Tindakan ini menambah semangat para pengusung, yang dengan senyuman lebar dan tenaga yang tampak semakin kuat, terus mengarak Sisingaan dengan penuh kebanggaan. Tradisi saweran ini tidak hanya menjadi bentuk apresiasi, tetapi juga memperlihatkan keterlibatan aktif masyarakat dalam melestarikan budaya mereka. Karnaval ini juga menjadi ajang berkumpulnya warga dari berbagai dusun di Desa Ciasem Baru, dengan kehadiran Pemerintah Kecamatan Ciasem serta tamu-tamu dari luar desa. Hal ini semakin memperlihatkan betapa pentingnya Kesenian Sisingaan dalam mempererat persatuan dan kebersamaan di antara masyarakat.
Dalam wawancara dengan Kepala Desa Ciasem Baru, Indah Aprianti, SH, beliau menegaskan komitmen desa untuk terus melestarikan Kesenian Sisingaan sebagai simbol kesenian di desa ini. "Kesenian Sisingaan atau Singa Depok akan terus kita lestarikan dan kita jadikan sebagai simbol kebanggaan seni budaya di Desa Ciasem Baru. Ini adalah warisan yang tidak hanya penting bagi kami, tetapi juga bagi generasi mendatang yang harus mengenal dan menghargai akar budaya mereka," ujar Indah Aprianti. Lebih dari sekadar hiburan, Kesenian Sisingaan juga menyimpan makna mendalam. Ia merepresentasikan kreativitas yang tidak pernah padam dalam masyarakat Subang, memperkaya ragam kesenian tradisional di Jawa Barat dengan sentuhan khasnya. Simbol perlawanan yang tersemat dalam Kesenian Singa Depok juga memberikan lapisan makna baru yang terus diinterpretasikan oleh setiap generasi.
Selain perayaan tersebut, momen bersejarah lainnya adalah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Temu Ruang Inovasi dan Pemerintah Desa Ciasem Baru. Penandatanganan ini dilakukan oleh CEO Temu Ruang Inovasi, Al Taqdir Badari, bersama dengan Kepala Desa Ciasem Baru, Indah Aprianti, SH. Kerja sama ini diharapkan dapat memperkuat potensi desa, khususnya dalam bidang inovasi dan pengembangan budaya, sehingga warisan seperti Kesenian Sisingaan dapat terus lestari dan menginspirasi. Kesenian Sisingaan adalah bukti nyata bahwa tradisi dan inovasi bisa berjalan beriringan, menciptakan sinergi yang tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga membawanya menuju masa depan yang lebih cerah. Di Desa Ciasem Baru, semangat itu terus menyala, dalam setiap tandu yang diangkat dan setiap langkah yang diambil menuju kemajuan.